Zikir Pilihan Rasulullah 01 : La ilaha Illallah
Assalaamu alaikum wa
rahmatullaahi wa barkaatuhu..
Saudaraku
yang dirahmati Allah, banyak manusia yang hidupnya diliputi oleh masalah yang
dibuatnya sendiri. Coba perhatikan, saat musim hujan, tak sedikit orang yang
terus mengeluh dan berharap kapan musim panas datang. Ketika musim panas tiba,
ia masih juga mengeluh dan berharap kapan hujan turun. Saat kebutuhannya
tercukupi, ia pun rela menghabiskan waktu hidupnya untuk bekerja dan bekerja.
Setelah kaya, waktunya tersita hanya untuk menjaga harta kekayaannya. Betapa
banyak manusia yang dibuat gelisah oleh kelakuannya sendiri.
Di
zaman sekarang ini, banyak orang kehilangan pegangan atau sandaran, sehingga
tidak tahu kemana harus mengadu. Banyak pengembara yang tidak tahu jalan
pulang, sehingga ia tersesat di jalan-jalan buntu. Mengapa? Sebab, mereka tak
pernah tahu siapa dirinya. Mereka sibuk mengenali orang lain, tapi tak pernah
mau mengenali diri sendiri. Pada titik tertentu, manusia-manusia seperti ini
akan mengalami kejenuhan yang berujung pada kegelisahan, bahkan tak menutup
kemungkinan akan terjerumus ke jurang keputusasaan.
Orang
yang tidak mampu mengenali dirinya, tak akan mampu mengenali Tuhannya. Sebab
itu, sebelum kita terlalu jauh berkeinginan untuk bisa dekat dengan Tuhan,
kenalilah terlebih dahulu siapa diri kita sesungguhnya. Kita harus bertafakur,
betapa banyak kesempatan yang telah kita gunakan untuk menzalimi dan melalaikan
kewajiban-kewajiban kepada diri kita sendiri.
Bayangkan,
betapa banyak waktu yang kita gunakan hanya untuk menghadirkan racun dan
penyakit pada tubuh kita dari makanan dan minuman yang kita konsumsi atau dari
pola hidup yang kita jalani. Kita seolah-olah tidak mengerti (padahal
sebenarnya kita mengerti!) bahwa tubuh kita perlu dijaga agar tetap sehat. Ini
hanya salah satu contoh sederhana. Contoh lain tentu masih banyak dan dapat
dengan mudah kita temukan dalam kehidupan.
Butuh
waktu yang tidak singkat untuk mengenal diri sendiri. Kita harus melewati
berbagai macam ujian dan cobaan sehingga kita memahami siapa diri kita
sebenarnya. Butuh pengorbanan dan cinta yang mendalam. Kita juga harus bersikap
jujur kepada diri sendiri, tidak memakai topeng dihadapan orang lain, serta
bertutur dan bersikap apa adanya. Percayalah, itu bukan perkara mudah, terutama
bagi orang-orang yang telah lama kehilangan jati diri.
Bertafakur
atau melakukan perenungan atas segala kesalahan, kekhilafan, dan kealpaan yang
pernah kita lakukan merupakan terapi penting untuk menemukan hakikat diri kita.
Dan, yang lebih penting lagi adalah menerima apapun kondisi kita yang
sesungguhnya. Pada tahap ini, tidak sedikit orang yang ‘menolak’ dirinya
sendiri. Ternyata, kita adalah pendosa.
Hati,
pikiran, dan perasaan kita sesungguhnya tidak pernah sesuai dengan perbuatan
kita. Betapa banyak topeng yang kita tampilkan di muka umum hanya untuk menjaga
harga diri kelompok, keluarga, organisasi, dan sebagainya. Padahal perilaku
seperti itu sejatinya sangat melelahkan. Hal-hal semacam itulah yang sulit kita
terima. Padahal, kita tahu dan sepenuhnya menyadari bahwa seperti itulah diri
kita sesungguhnya.
Energi
seringkali kita habiskan untuk mencari-cari kesalahan dan kejelekan orang lain,
sementara kekurangan diri sendiri tak pernah kita akui. Padahal, jika kita mau
menggunakan sedikit saja kesempatan dan waktu untuk mengkaji diri sendiri
(muhasabah), kita akan tahu bahwa kita kekurangan waktu untuk menghitung betapa
banyak kekurangan diri kita.
Saudaraku
yang dimuliakan Allah, bertafakur terhadap kekhilafan kita lalu menyadarinya
dan bertobat kepada ALLAH Swt akan menjernihkan hati dan pikiran sehingga kita
mudah menerima siapa sesungguhnya diri kita. Lalu, sedikit demi sedikit, kita
akan mengenali hakikat diri kita.
La ilaha illalah merupakan zikir
pembersihan jiwa dari sikap buruk diri sendiri. Selama ini, secara sadar atau
tidak, bisa jadi kita menghamba pada tuhan yang lain selain Allah, seperti
menuhankan harta, sehingga muncul sikap yang serakah terhadap dunia. Kita
mendahulukan urusan dunia daripada kewajiban beribadah kepada Allah atau lebih
merindukan kemegahan dan kemewahan dunia dibanding saat-saat yang tenang dan
khusyuk ketika menghadap Allah dalam ibadah.
Zikir
hakikatnya mengembalikan kesadaran hati dan pikiran dengan cara mengingat Allah
secara berulang-ulang. Sebab itu, zikir seharusnya dilakukan sepanjang waktu
agar kita selalu mengingat-Nya di manapun dan kapanpun. La ilaha illallah akan mengembalikan
kesadaran hati dan pikiran kita bahwa tidak ada Tuhan selain Tuhan Yang Maha
Esa, yaitu ALLAH Swt.
Kalimat La ilaha illallah mengandung makna yang
amat dalam dan mendasar, yaitu penolakan terhadap segala bentuk sesembahan
selain Allah dan penetapan bahwa satu-satunya sesembahan yang benar hanyalah
Allah. Untuk memahami makna-makna tersebut, kita tidak bisa hanya menggunakan
akal pikiran. Sebab, akal bisa saja menolak kebenaran itu. Satu-satunya yang
dapat menjangkau lubuk makna-makna tersebut adalah iman. Meskipun, memang untuk
sampai pada iman yang sejati, kita harus menggunakan akal pikiran. Kita harus
memiliki ilmu atau pengetahuan untuk mengetahui bahwa tidak ada tuhan yang
layak disembah kecuali Allah.
“Maka, ketahuilah bahwasannya tidak ada sesembahan yang
benar selain Allah.” (QS. Muhammad [47]:19)
Saudaraku
yang dirahmati Allah, solusi terbaik untuk menghilangkan kegelisahan adalah
dengan menerima apa adanya diri kita yang sesungguhnya. Selanjutnya kita harus
senantiasa mengingat Allah di dalam hati dan pikiran. Insya Allah, kegelisahan
akan berganti menjadi ketenangan.
Rasulullah
Saw bersabda, “Sesungguhnya doa yang terbaik adalah membaca ‘alhamdu lillah’,
sedangkan zikir yang terbaik adalah ‘laa ilaha illallah’,
(HR. At-Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Al-Hakim)
Rasulullah
Saw juga menyatakan bahwa kalimat yang paling baik yang beliau dan para nabi
sebelumnya senantiasa ucapkan adalah kalimat “la ilaha illallah, wahdahu la
syarikalah”, (HR. At-Tirmidzi)
Hadits
di atas menunjukkan betapa penting kalimat tersebut, sehingga menjadi kalimat
pokok yang senantiasa diucapkan oleh para nabi. Tentu, kalimat itu juga sangat
penting bagi kita selaku umat Islam. Ibarat dalam kancah perang, kalimat itu
adalah senjata kita dalam menghadapi musuh, baik dalam wujudnya yang
menyusahkan seperti musibah, maupun dalam wujudnya yang menyenangkan seperti
godaan.
Zikirkan
kalimat la ilaha illallah,
renungkan hakikat diri kita, berada di mana sebenarnya kita. Lalu, resapi dan
pahami dengan penuh penghayatan kalimat la ilaha illallah itu agar kita terhindar
dari ‘tuhan-tuhan palsu’ yang hanya membuat gelisah diri kita, seperti ‘tuhan’
harta, jabatan, kekuasaan, dan lain sebagainya.
Subhanakallahumma
wabihamdika, asyhadu alla ilaha illa Anta, astaghfiruka wa atuubu ilaih.
Baca Juga :
posting yg sangat bagus.
ReplyDeletetapi harus dibedakan antara WIRID sama DZIKIR, kalau pengalaman penulis apa yg dilakukan ...? wirid atau dzikir ...?, kalau wirid mungkin semua orang bisa, tapi kalau dzikir hanya orang-orang yg sudah terbuka kesadarannya saja yg bisa.
Saya sendiri belum mampu berdzikir, kalau penulis punya pengalaman berharap sekali bisa dishare disini atau japri ke senterled@gmail.com.
wassalamu'alaikum wrm wbr